Sudahkah Anda menyusun rencana, berapa rupiahkah uang yang akan Anda belanjakan nanti? Memang ada apa gerangan? Wow... KABAR GEMBIRA, GAJI KE-13 SUDAH CAIR !!! Kapan? RABU, 27 JUNI 2012 sudah bisa dipanen !!! Waah... berani taruhan, para penerima pasti tiada yang berduka cita. Suhu yang panas hari itu pastinya tidak menyurutkan langkah kaki yang sarat semangat '45 untuk menjemput amplop bercahaya. Tidak dapat dipungkiri, tentunya bakal menambah pundi-pundi. Alhamdu... lillah... sebuah kalimat yang patut diucapkan, bagai slogan style salah seorang Ustadz dalam acara rohani salah satu stasiun televisi di pagi hari. Segar dalam dahaga, apalagi mendekati bulan puasa dan hari raya...
Dengan gaji itu, kita bisa membeli apa saja yang kita mau. Apalagi masa liburan telah datang, berlibur bersama keluarga bukanlah hambatan yang berarti. Pakaian, untuk menambah koleksi atau sekedar meninggikan pamor di hadapan para teman mau pun sanak famili, sepertinya juga bukan rintangan untuk mengeluarkan sebagian recehan. Makanan, minuman, dan apa saja yang kita inginkan? Untuk ukuran harga di Indonesia apalagi di kota kecil, masih lah tetap mampu dijangkau.
Begitu nikmat hidup ini. Untuk jerih payah para penerima selama ini dan untuk hari esok, pemerintah berani mengambil keputusan menggelontorkan dana besar sebagai "balas budi" dalam rangka menggapai harapan memajukan kualitas negara tercinta ini. Tentunya, maksud pemerintah adalah supaya para penerima benar-benar lebih bersusah payah dengan sebenar-benarnya payah dalam mengemban tugas sebagai tanggung jawabnya. Artinya berani MENANGGUNG sepenuh hati untuk menjalankan amanah kerja sebagai wujud real JAWABAN atas Ke-13nya. Semoga bukan hanya angan-angan yang kerap kali hadir mengganggu di setiap mimpi-mimpi malamnya...
Masih pantaskah kita berbelas meminta yang lebih lagi dari yang sudah-sudah? Hakikat jawaban adalah pada relung hati kita masing-masing. Sudah dapatkah kita dikategorikan bersusah payah mengemban amanah dalam tugas tanggung jawab ini? Untuk yang kedua kali, hakikat jawaban adalah pada relung hati kita masing-masing.
Lalu, bagaimana sepantasnya kita masih boleh untuk setidaknya memikirkan suatu pertanyaan? Tentunya, yang bijak, terhormat lagi mulia...
Baik lah, kita coba. Masih pantaskah kita menaruh belas kasihan terhadap stakeholder atas tanggung jawab kita dalam mengemban amanah tugas kerja? Sebagai contoh pegawai fungsional. Seorang guru berbelas kasih terhadap muridnya karena mereka memiliki hak dasar untuk memperoleh metode pendidikan, sarana prasarana, dan sebagainya yang layak sebagai sistem untuk mewujudkan kecerdasan bangsa secara komprehensif. Sebagai penyuluh pertanian, berbelas kasih terhadap masyarakat tani yang secara organisasional tertuang dalam wadah kelompok-kelompok tani, yang mana mereka membutuhkan perhatian dan dukungan dalam rangka menyejahterakan mereka beserta anggota keluarganya... dan masih banyak contoh lainnya. Bagi para pegawai struktural terlebih dari sebagian mereka sebagai pengambil kebijakan, tentunya sama pertanyaannya. Untuk yang ketiga kali, hakikat jawaban adalah pada relung hati kita masing-masing.
Hidup ini sungguh nyata, tapi lebih nyata pada kehidupan berikutnya !!! Segala daya upaya ketika di dunia pastinya akan dipersembahkan sebagai "taruhan" pada masa yang akan datang. Tentunya kepada Tuhan, Tuhannya setiap hamba dan makhluk di dunia. Daya upaya itulah yang dikatakan sebagai amal, dan amal yang baik harus disertai dengan ilmu yang bermanfaat.
Dengan demikian, akankah Anda menyusun rencana, berapa rupiahkah uang yang akan Anda shodaqohkan nanti? Berapa banyakkah keringat dan darah yang akan Anda kucurkan untuk mengemban amanah kerja setelah ini? dan berapa besar amal baik yang akan kita terapkan di suatu hari nanti?
Untuk yang ke sekian kali, hakikat jawaban adalah pada relung hati kita masing-masing.
Disadari atau tidak, diakui atau tidak, tiada yang kekal di dunia fana ini... wahai para pengemban amanah...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar