Pendahuluan
Dalam
pengertian sehari-hari pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk
memperbaiki kesuburan tanah, sedangkan pemupukan adalah penambahan bahan
tersebut ke tanah agar tanah menjadi lebih subur. Dengan demikian
pemupukan pada umumnya diartikan sebagai penambahan zat hara tanaman ke
dalam tanah. Dalam arti luas, pemupukan sebenarnya juga termasuk
penambahan bahan-bahan lain yang dapat memperbaiki sifat-sifat tanah
misalnya pemberian pasir pada tanah liat, penambahan tanah mineral pada
tanah organic, pengapuran dan sebagainya. Petani/ masyarakat tani,
sebagai pelaku usaha pertanian merupakan subyek vital yang menentukan
berhasil atau tidaknya atas tanaman yang dibudidayakan. Oleh karena itu
mereka wajib mengetahui dengan baik mengenai pemupukan dan sekaligus
mampu mengaplikasikannya secara kondisional maupun proporsional (antara
pupuk anorganik dan organic) terhadap tanaman.
Dahulu
pada era orde baru, awal mulanya petani begitu sulit menerima himbauan
pemerintah untuk menggunakan pupuk anorganik (kimiawi). Namun begitu
mengetahui betapa “instannya” pupuk anorganik tersebut mereka berbalik
arah sehingga begitu sulit meninggalkan kebiasaan menggunakan pupuk
pabrikan tersebut, bahkan sampai detik ini. Padahal imbas jangka
panjangnya adalah dampak negative. Diantaranya yaitu tanah menjadi
keras, beracun (pada tanah-tanah “ceblung”/ tanah cekung berair),
porositas tanah rusak (drainase maupun aerasi), dan lain-lain. Oleh
karena itu, sangat bijak jika mulai detik ini pula petani/ masyarakat
tani dikembalikan pada pola pikir logis dalam hal pemupukan berimbang
dengan memperhitungkan aspek ekologi tanah yang mencakup sifat biologi,
fisika, serta kimia tanah. Untuk mencapai keterampilan secara optimal
maka mereka sangat perlu mengetahui serta mempraktekkan secara langsung
bagaimana cara membuat pupuk organic sebagai hasil fermentasi dari
bahan-bahan alami yang ada di sekitarnya, menggunakan bantuan mikrobia
sebagai bahan pengaktif (decomposer) atau biasa disebut stater, salah satunya adalah EM4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS 4).
Tujuan
- Meningkatkan
pengetahuan petani/ masyarakat tani supaya mampu menentukan sikap untuk
mengaplikasikan pupuk anorganik maupun organic secara kondisional
maupun proporsional
- Meningkatkan keterampilan petani/ masyarakat tani dengan metode learning by doing (belajar
sambil melakukan) yaitu melalui cara praktek langsung di lapangan
membuat pupuk organic menggunakan decomposer sesuai materi yang telah
disuluhkan
- Ditinjau
dari sudut pandang ekologi; dengan pengaplikasian pupuk organic maka
akan mengembalikan kerusakan sifat biologi, fisika, serta kimia tanah
- Ditinjau
dari sudut pandang ekonomi; dengan praktek sendiri yang memanfaatkan
bahan-bahan disekitarnya maka akan lebih murah dalam hal mendapatkan
pupuk organic
Jenis-jenis Unsur Hara Esensial yang Terkandung dalam Pupuk Organik
Unsur
hara esensial adalah unsur hara yang sangat diperlukan bagi tanaman.
Dalam hal ini fungsinya tidak dapat digantikan oleh unsur lain sehingga
bila tidak terdapat dalam jumlah yang cukup di dalam tanah, maka tanaman
tidak dapat tumbuh dengan normal. Unsur-unsur hara esensial ini dapat
berasal dari udara , air, dan tanah. Jumlah unsur-unsur hara esensial
ada 17, yaitu :
Unsur makro (diperlukan tanaman dalam jumlah banyak) : C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, S
Unsur mikro (diperlukan tanaman dalam jumlah sangat sedikit) : Fe, Mn, B, Mo, Cu, Zn, Cl, Co
Dari
semua unsur-unsur tersebut hanya unsur C, H, dan O saja yang dapat
diserap oleh tanaman melalui udara dan air. Dengan maksud unsur C dengan
bentuk ion CO2 dan unsur O dengan bentuk ion O2 atau CO2, yang keduanya diserap melalui daun. Sedangkan unsur H dengan bentuk ion H+ atau H2O didapatkan tanaman yang H nya dari air. Untuk unsur lainnya diserap dari tanah oleh tanaman.
Dosis, Cara, dan Waktu Pengaplikasian Pupuk Organik
Bokashi
dapat disebar merata di atas permukaan tanah dengan dosis 3-4 genggam
/meter persegi. Pada tanah yang kurang subur dapat diberikan lebih
banyak. Bahkan pada tanah yang cukup rusak yang biasanya diketahui
dengan adanya porositas tanah jelek maka pada awal pengembalian kondisi
tanah, bokashi dapat diaplikasikan sejumlah 5 ton/ Ha.
Untuk mencampurkan bokashi, dapat dilakukan dengan cara tanah
dicangkul atau dibajak. Pada tanah sawah pemberian bokashi dilakukan
pada saat pembajakan. Sebagai kesempurnaannya maka bokashi tersebut
dapat diberikan lagi setelah tanaman berumur 14 hari dan 1 bulan. Pada
prinsipnya aplikasinya bisa dilakukan pada saat tanam, untuk olah tanah
minimum, sebagai penutup lubang setelah tanam. Untuk lahan kering,
aplikasi pupuk organik pada lubang sebelum tanam.
Setelah bokashi disebar, baru kemudian dapat disemprotkan 2 cc EM4/ Liter air ke dalam tanah. Satu minggu kemudian bibit siap ditanam. Untuk tanaman buah-buahan, bokashi disebar merata di permukaan tanah/perakaran tanaman. Penyiraman dengan EM4 (2 cc EM4/ Liter) dilakukan tiap 2 minggu sekali.
Cara Membuat Pupuk Organik Menggunakan Stater (Dekomposer) EM4 (Dikutip dari Materi Pelatihan Pembuatan dan Pemanfaatan
EM4 adalah suatu kultur campuran jasad renik/ mikroorganisme dari bakteri fotosintesis yaitu Lactobacillus sp, Streptomyces sp
dan ragi. Apabila kultur campuran tersebut diaplikasikan dalam tanah
maka dampak positif yang terjadi adalah mampu meningkatkan keragaman
serta populasi mikroorganisme yang menguntungkan bagi perkembangan
maupun pertumbuhan serta produksi tanaman.
Alat dan bahan pembuatan pupuk bokashi :
1. Alat : timba, gayung, gembor, cangkul, plastic/ terpal, karung goni, parang, thermometer
2. Bahan :
· Bahan dasar
| ||
Ø pupuk kandang sudah jadi
|
:
|
400 kg
|
Ø Jerami/ hijauan
|
:
|
400 kg
|
Ø Sekam/ arang sekam
|
:
|
100 kg
|
Ø Bekatul
|
:
|
40 kg
|
· Bahan tambahan
| ||
Ø NPK/ urea
|
:
|
5 kg
|
Ø Batuan (dolomit, fiolit, posphat)
|
:
|
40 kg
|
Ø EM4
|
:
|
1 liter
|
Ø Tetes tebu/ gula merah
|
:
|
2 liter
|
Ø Air sumur
|
:
|
secukupnya
|
(ditulis kembali dari Materi Pelatihan Pembuatan dan Pemanfaatan Pupuk Organik. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Tulungagung, 2008)
Manakala alat dan bahan sudah tersedia semua maka bahan telah siap diproses menjadi bokashi. Perlu diingat bahwa bahan maupun alat tersebut tidak harus ada semua dalam pemrosesannya, artinya dalam praktek bisa menggunakan hanya beberapa bahan atau peralatan seadanya saja (kondisional). Misalnya bahan yang ada hanya pupuk kandang saja maka hal itu masih juga dapat dilakukan pemrosesan.
Mengenai cara pembuatan bokashi dapat disimak seperti keterangan di bawah ini.
1. Pengaktifan bakteri, yaitu untuk mencapai hasil yang optimal maka pengaktifan dimaksud dengan cara mencampurkan 1 liter EM4 dan
2 liter tetes tebu ke dalam 2 timba air sumur, kemudian campuran
tersebut dimasukkan ke dalam wadah tertutup selama antara 5 – 12 jam.
2. Pada tempat teduh (terlindung dari sinar matahari maupun air hujan) yang telah disiapkan di bawahnya diberi plastic/ terpal.
3. Jerami dan hijauan lainnya dipotong-potong dengan ukuran panjang ± 5 cm (atau lebih lembut lebih baik) menggunakan parang
4. Hasil dari no.3 dicampur dengan kotoran ternak (pupuk kandang), bekatul, sekam, kemudian diaduk sampai benar-benar merata.
5. Siramkan campuran larutan EM4 yang
sudah difermentasikan pada adonan dengan memakai gembor. Aduk sampai
benar-benar merata. Perlu dicek bahwa kondisi adonan setelah disiram
tidak boleh terlalu kering dan tidak terlalu basah. Hal tersebut
ditandai dengan cara bila adonan dikepal dengan tangan dan dijatuhkan
maka akan megar.
6. Bentuk
adonan menyerupai guludan dengan tinggi maksimal 40 cm, sedangkan
panjang maupun lebarnya menyesuaikan dengan tempatnya. Baru kemudian
tutup rapat dengan menggunakan karung goni yang telah disiapkan.
7. Periksa
suhu adonan menggunakan thermometer setiap 5 jam sekali. Bila tidak ada
thermometer maka bisa digunakan telunjuk jari tangan untuk mengetahui
kondisi kehangatan dari adonan. Ketepatan prediksi kehangatan tersebut
bisa diperoleh manakala jari tangan seperti ketika dimasukkan dalam
dubur ayam betina ketika hendak/ siap bertelur.
8. Manakala
kondisi adonan terlalu panas, maka segera buka karung penutup kemudian
adonan langsung dibolak-balik agar mendapatkan udara segar/
diangin-anginkan. Bila dirasa telah cukup maka goni penutup bisa
diposisikan seperti sedia kala. Perlu diketahui bahwa adonan yang
terlalu panas bisa mengakibatkan bakteri mati sehingga proses fermentasi
akan mengalami kegagalan.
9. Namun bila kondisi adonan justru tidak terasa panas, maka segera sirami dengan air (tanpa EM4) sedikit demi sedikit sehingga kondisi adonan seperti sedia kala. Setelah itu baru tutup kembali adonan dengan karung goni.
10. Lakukan
kegiatan no.1 – 9 antara 5 – 7 hari secara rutin. Untuk perlakuan yang
benar dan hasil yang sangat baik, maka bokashi dalam waktu 7 hari sudah
siap untuk diaplikasikan. Namun pada kenyataannya tidak jarang proses
fermentasinya baru mencapai finish ketika setelah dimulainya proses fermentasi telah mencapai 21 – 28 hari.
Karakteristik EM4
- EM4 dapat
disimpan pada tempat yang teduh dalam wadah tertentu serta harus
ditutup rapat untuk jangka waktu 12 bulan (dilarang disimpan di lemari
es)
- EM4 dapat bekerja secara efisien tanpa zat kimia
- EM4 dapat diperoleh di kios-kios pertanian/ toko
- EM4 jangan sekali-kali dicampur dengan bahan kimia lainnya dalam pengaplikasiannya
(ditulis
kembali dari Materi Pelatihan Pembuatan dan Pemanfaatan Pupuk Organik.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Tulungagung, 2008)
Konklusi
Tingginya harga pupuk kimia buatan dan kelangkaan pupuk di sejumlah wilayah saat ini sangat meresahkan para petani.
Mereka benar-benar hampir tidak mempunyai solusi manakala pupuk
anorganik tersebut datang terlambat atau “kosong”. Namun lambat laun
terdapat terobosan teknologi tepat guna sebagai salah satu solusi yang
mampu mengatasi kebimbangan para petani/ masyarakat tani yaitu dengan
menggunakan pupuk organic. Salah satu jenis pupuk yang dapat menggantikan kehadiran pupuk kimia buatan adalah bokashi.
Di Jepang, sebagai Negara jaya yang sarat bisnis besar dengan teknokrat-teknokrat otomotif dan elektronik, ternyata bokashi
telah digunakan sejak tahun 80-an. Banyak petani di negeri sakura
memilih bokashi untuk lahan pertaniannya dikarenakan bokashi dapat
memperbaiki struktur tanah yang sebagian besar telah menjadi keras
akibat penggunaan pupuk kimia terus-menerus. Selain itu bokashi juga
terbukti meningkatkan kesuburan serta produktifitas tanaman meski efek
ini baru dapat dirasakan setelah bertahun-tahun penggunaan. Hal tersebut
sangat wajar karena pupuk alami semacam bokashi biasanya memang mengandung unsur hara dalam dosis kecil, namun lengkap unsur makro dan mikronya.
DOKUMENTASI
PPL Ds. Demuk Kec. Pucanglaban sedang berpose bersama peserta setelah selesai praktek pembuatan pupuk organik
PPL Ds. Demuk Kec. Pucanglaban menjelaskan teknis proses pembuatan pupuk organik pada poktan Ngudi Joyo
PPL Ds. Demuk Kec. Pucanglaban menjelaskan kepada peserta
mengenai kandungan unsur hara mikro maupun makro yang terdapat pada pupuk organik
Sisa batang tanaman padi, salah satu bahan dalam proses pembuatan pupuk organik
Kondisi begitu panas menyengat, jangan lupa tetap semangat ya peserta dan PPL...
Saya membuat larutan.1/2 kg gula aren..air 2liter..em4 1/4 botol..pupuk kimia npk mutiara 1 genggam..dan pupuk jimmy hantu npk 3 sendok makan.pertanyaanya apakah bisa bakteri di campur pupuk kimia...???
BalasHapus