Beras merupakan komoditas
pangan yang sangat penting bukan hanya
karena merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia tapi juga
merupakan komoditas politik. Kita
masih ingat negara Uni soviet tercerai berai karena krisis pangan.
Pada tahun 2014
kementrian pertanian menargetkan swasembada beras dengan surplus 10 juta ton.
Lahan-lahan pertanian yang subur dan beririgasi teknis seharusnya menjadi
pendukung utama program ini, tapi kenyataan menunjukkan lahan tersebut
mengalami ancaman serius khususnya dari tekanan kebutuhan akan pemukiman
(perumahan) dan industry. Oleh karena itu kementrian pertanian memberi
perhatian kepada lahan-lahan sub optimal yang meskipun produktifitasnya rendah
(maksimal 4 ton/ha) dan hanya panen sekali dalam satu tahun, namun
jumlahnya banyak dan tersebar merata di
seluruh wilayah nusantara.
Lahan sub optimal ini meliputi: lahan tadah hujan,
lahan diwilayah perhutani, lahan rawa dan lahan salinitas. DR. Ir Adang warya
selaku kepala BBPP ketindan dalam sambutannya menyampaikan bahwa progam
swasembada pangan berkelanjutan menjadi salah satu tolok ukur kinerja
teman-teman THL-TBPP. Lebih lanjut beliau mengharapkan dari diklat ini
tidak hanya menghasilkan out put
(transfer ilmu dan teknologi ke peserta diklat) tapi juga mampu
memberikan dampak (impact) kepada
petani.
Nara Sumber dari Petrokimia Gresik tengah memberikan penjelasan materi mengenai akses permodalan
Peserta Diklat sedang melaksanakan praktek lapangan di Desa Druju, Kecamatan Sumbermanjing, Kabupaten Malang, Jawa Timur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar