Ketela pohon (singkong/ ubi kayu; telo kaspe/ pohong - Jw)
merupakan komoditi pertanian yang banyak mengandung karbohidrat sehingga
komoditi tersebut dapat diklasifikasikan sebagai komoditi pangan. Tanaman
tersebut banyak tumbuh berkembang hampir di seluruh pelosok tanah air yang mana
hampir di setiap tempat bisa ditemukan keberadaan tanaman yang dimaksud,
termasuk di Kecamatan Pucanglaban Kabupaten Tulungagung. Tapi sungguh sangat
disayangkan bila hasil dari budidayanya hanya untuk dikonsumsi sendiri karena
hal itu telah lama menjadi kebiasaan masyarakat setempat, dan mengingat betapa
cukup luas areal yang telah ditanami dari musim ke musim. Namun, jika dijual justru
penuh dilematis karena harganya sudah dikategorikan sangat rendah meski pun
hanya sekedar untuk dinikmati sebagai hasil panenan.
Berbicara mengenai pangan, ketela pohon adalah salah satu komoditi
pangan yang dapat diolah menjadi berbagai macam penganan, salah satunya adalah
kripik. Supaya lebih mempunyai cita rasa dan nilai jual tinggi maka kripik
tersebut bisa dicampur dengan aneka rasa yang menggoda yaitu rasa ayam bakar,
jagung bakar, keju, balado, durian, dan lain sebagainya. Untuk mendapatkan
rasa-rasa tersebut maka dapat dibeli di toko-toko penjual bahan-bahan aneka
makanan (biasanya bahan-bahan roti).
Manfaat yang dapat diambil dari hasil tersebut adalah mampu
dijadikan obyek bisnis bagi kalangan ibu-ibu karena harga jualnya sangat
menjanjikan. Selain itu bisa disajikan dalam keadaan santai di saat keluarga
sedang berkumpul bersama. Bisa juga dihidangkan pada saat hari-hari besar, contohnya
‘Idul Fitri, dan lain-lain.
Tujuan
- Meningkatkan
pengetahuan petani/ masyarakat tani supaya mampu menentukan sikap untuk memanfaatkan
peluang sumberdaya alam sesuai spesifik lokasi
- Meningkatkan
keterampilan petani/ masyarakat tani dengan metode learning by doing (belajar
sambil melakukan) yaitu melalui cara praktek langsung membuat olahan ketela
pohon menjadi kripik dengan aneka rasa sesuai materi yang telah disuluhkan
- Ditinjau
dari sudut pandang sosial; maka mampu menambah ke-solid-an kelompok dan
dalam rangka peningkatan kepercayaan diri personil dalam berinteraksi serta
bersosialisasi dengan lingkungan
- Ditinjau
dari sudut pandang ekonomi; dengan praktek sendiri yang memanfaatkan bahan-bahan
disekitarnya (sumberdaya alam) yang cukup murah sesuai spesifik lokasi maka akan
mampu meningkatkan pendapatan rumah tangga karena akan mendapatkan keuntungan
yang lebih dari pengolahan bahan baku tersebut.
Sekilas Mengenai Efisiensi Bahan Baku
Menanggapi permasalahan yang telah disinggung di atas, terdapat
satu solusi jitu yang menjanjikan sebagai wujud pemecahan masalah klasik yang
selama ini terjadi, yaitu masyarakat Kecamatan Pucanglaban diharapkan tetap
membudidayakan ketela pohon dengan metode budidaya yang lebih professional.
Dengan kata lain tidak dibudidayakan ala kadarnya seperti biasanya karena
dianggap sebagai tanaman selingan. Namun benar-benar dibudidayakan dengan sarat
akan teknologi/ menggunakan ilmu atau segala informasi pertanian dari stakeholders
dalam pengaplikasiannya, dengan tujuan hasil panenan bisa diolah menjadi wujud
lain berupa kripik aneka rasa sehingga nilai jualnya bisa lebih tinggi bila
dibandingkan dengan nilai jual tanpa diolah. Dengan demikian bahan baku
pengolahan kripik bisa didapatkan dengan relative murah karena produksi sendiri
tanpa campur tangan dengan pihak lain. Tentunya hal tersebut akan berimbas
positif terhadap kalkulasi biaya dan keuntungan dalam suatu bisnis.
Faktor
Penunjang Agribisnis Kripik Ketela Pohon dengan Aneka Rasa
Faktor
Teknis
- Keterampilan
dalam mengolah (memproses) bahan baku berupa ketela pohon menjadi kripik telah
dimiliki oleh perempuan/ ibu rumah tangga
- Bahan baku dalam
pembuatan kripik melimpah
- Usaha agribisnis
kripik dengan aneka rasa diprediksi/ berpeluang positif mampu menunjang
aktivitas positif di sekitarnya, baik yang menyangkut aspek social maupun
ekonomi masyarakat
Faktor
Sosial
- Usaha agribisnis
kripik tidak bertentangan dengan norma masyarakat setempat
- Usaha agribisnis
kripik mampu meningkatkan peran serta anggota rumah tangga perempuan/ ibu rumah
tangga maupun masyarakat dalam hal pengetahuan, sikap serta keterampilannya
- Usaha agribisnis
kripik diprediksi positif mampu memberikan lapangan kerja bagi masyarakat
setempat pada masa yang akan datang, sehingga pengangguran diharapkan akan
semakin berkuran
Analisis Usaha (Kalkulasi Semi Bisnis [Non Subsisten])
Biaya
Pengeluaran
a.
Biaya
Penyusutan Alat Pengolahan Kripik Aneka Rasa
Nama
Barang
|
Jumlah
(buah)
|
Harga
(Rp)
|
Lama
Pemakaian (tahun)
|
Biaya
Penyusutan
(Rp)
|
Pisau pemotong/
pengupas
|
5
|
50.000,-
|
2.00
|
2.100,-
|
Ember plastic/ timba
|
3
|
51.000,-
|
1.00
|
4.250,-
|
Alat perajang
|
1
|
50.000,-
|
1.00
|
4.200,-
|
Penggorengan (wajan)
|
1
|
200.000,-
|
3.00
|
5.600,-
|
Sotil besar
|
02
|
30.000,-
|
3.00
|
850,-
|
Penyaring
|
3
|
60.000,-
|
3.00
|
1.700,-
|
Tampah/ nampan besar
|
3
|
60.000,-
|
3.00
|
1.700,-
|
Toples besar
|
3
|
120.000,-
|
2.00
|
5.000,-
|
Sealer plastic
(ukuran 20cm)
|
1
|
130.000,-
|
2.00
|
5.450,-
|
Timbangan
|
1
|
75.000,-
|
2.00
|
3.150,-
|
Kranjang besar
|
1
|
100.000,-
|
2.00
|
4.200,-
|
Kompor
|
1
|
300.000,-
|
3.00
|
8.350,-
|
Tabung gas (3 kg)
|
1
|
70.000,-
|
3.00
|
1.950,-
|
Total penyusutan alat
|
46.550,-
|
b.
Biaya
Proses Produksi
Untuk
produksi selama satu bulan dengan asumsi setiap hari tetap berproduksi
sebanyak minimal 1 kg ketela pohon/ hari. Dari jumlah bahan tersebut akan
dihasilkan kripik 0,6 kg/ hari. Dalam hitungan satu bulan, kebutuhan bahan
pembuatan kripik hanya membutuhkan ketela pohon dengan kalkulasi harga 30 kg ketela
pohon (@ Rp. 800,-), sehingga biaya yang dibutuhkan adalah Rp. 24.000,-.
c.
Biaya
Lain-lain
1.
|
Minyak goreng 30 kg/
ltr (@Rp. 11.000,-)
|
Rp.
|
330.000,-
|
2.
|
Bumbu rasa 1 kg
|
Rp.
|
36.000,-
|
3.
|
Lain-lain (plastic,
label kemasan, pemasaran, gas, koran)
|
Rp.
|
1.500,-
|
Total biaya lain-lain
|
Rp.
|
367.500,-
|
Total
Biaya Produksi sebagai berikut :
Rp.
46.550,- + Rp. 24.000,- + Rp. 367.500,- = Rp. 438.050,-
Penetapan
Harga Jual
Kripik
merupakan penganan ringan yang konsumen/ penikmatnya tidak tertuju pada
kalangan tertentu. Tidak memandang tingkatan umur, status masyarakat, jenis
kelamin, dan lain sebagainya; banyak yang menyukai camilan tersebut. Oleh
karenanya, harga yang ditetapkan sama dan tidak tergantung pada siapa konsumen yang
membeli. Dalam hal ini harga jualnya adalah Rp. 30.000,-/ kg.
Pendapatan
dan Keuntungan
Seperti telah disinggung di atas bahwa kripik yang
dihasilkan adalah 0,6 kg/ hari. Dengan demikian total dalam satu bulan adalah 18
kg. Total pendapatan/ bulan 18 kg x Rp. 30.000,- = Rp. 540.000,-. Keuntungan
atau laba yang diperoleh/ bulan adalah Rp. 540.000,- - Rp. 438.050,- = Rp. 101.950,-. Jika
dihitung/ hari maka keuntungannya adalah Rp. 3.398,-. Hasil
nominal tersebut bila dihitung secara semi bisnis. Namun jika dihitung secara
subsisten maka hasilnya bisa dipastikan akan lebih besar keuntungannya.
Diagram Alur
Proses Pengolahan Kripik Ketela Pohon Aneka Ras
KETELA
POHON
|
- Dikupas sampai kulit “ayam”nya
|
- Dicuci bersih dan ditiriskan
|
- Dipasrah langsung di atas
penggorengan
|
- Digoreng sampai dirasa cukup
|
selanjutnya menjadi |
KRIPIK
- Diangkat dan ditiriskan di atas
nampan yang telah dilapisi kertas koran di atasnya
- Dimasukkan ke dalam toples
besar sebagai tempat sementara
|
- Ditaburi aneka rasa secukupnya sesuai
selera (rasa keju, balado, ayam bakar, dll)
- Diaduk secara merata
- Dibungkus menggunakan sealer
disertai dengan kemasan yang telah diberi label
selanjutnya menjadi
|
KRIPIK
KETELA POHON DENGAN ANEKA RASA
|
Konklusi
Sampai detik ini, kemiskinan semakin merajalela. Rencana kenaikan
harga BBM yang dapat dipastikan tidak lama lagi akan direalisasikan tentunya menambah
kepenatan social ekonomi masyarakat secara luas. Tidak dapat dipungkiri lagi,
kaum dhuafa yang paling dijadikan korban. Termasuk mereka yang tinggal di
pedesaan. Namun tetap saja masih menjadi suatu ironi klasik bila menyangkut
pedesaan karena mereka yang banyak menggantungkan kebutuhan sehari-hari dari
lingkungan di sekitar tempat tinggalnya justru belum mampu memanfaatkannya
secara optimal. Masih banyak potensi sumberdaya alam spesifik lokasi yang
“terbengkalai”. Di jaman komputerisasi seperti sekarang ini, tidak sedikit
masyarakat tani yang masih terkungkung dalam tempurung ketidaktahuan akan terobosan-terobosan
terkait kuliner. Padahal berbicara mengenai kuliner, pada hakikatnya justru
seharusnya mereka yang paling handal dibidangnya karena bagi para perempuan
desa sungguh menjadi suatu aib manakala mereka belum atau tidak bisa memasak
pada akil baligh. Dengan demikian masak-memasak sebenarnya telah menjadi
rutinitas lama yang kerap dilakukan.
Perempuan, objek vital yang sampai saat ini masih hangat
dibicarakan sejumlah kalangan mengenai gender dan emansipasi. Desa,
menjadi salah satu tolok ukur kemajuan dan perkembangan pembangunan di negeri
ini. Perempuan Desa, adalah senjata ampuh dalam menyumbang kemajuan
perekonomian nasional. Keberhasilan perekonomian nasional tentunya tidak bisa
lepas begitu saja dari kekuatan perekonomian mikro masing-masing rumah tangga,
termasuk rumah tangga pedesaan. Dengan demikian bilamana perekonomian rumah
tangga desa kuat diharapkan akan berpengaruh positif terhadap suksesnya
pembangunan perekonomian nasional Indonesia.
Dengan ulasan di atas, maka sangat arif bijaksana bila aspek
pengetahuan, keterampilan, sikap dari wanita tani sangat diperhatikan dan
ditingkatkan. Melalui diklat dan penyuluhan maupun dengan metode yang lain
diharapkan mereka bisa peka terhadap lingkungan sekitar dan mampu berinisiatif dalam
pengelolaan sumberdaya alam spesifik lokasi yang sarat dengan manfaat. Pada
akhirnya segala upaya sebagai hasil positif dari peningkatan kualitas dirinya
diharapkan mampu menambah peningkatan pendapatan rumah tangganya, di masa
sekarang maupun akan datang dalam jangka waktu yang panjang.
|
DOKUMENTASI
KELOMPOK TANI
(POKTAN) SUKA MAJU
Rutinitas Poktan Suka Maju pada pertemuan rutin bulanan
Pengupasan ketela pohon sebagai langkah awal proses pengolahan menjadi kripik
Bu Kholifah sedang memasah ketela pohon di atas penggorengan
Contoh kripik rasa ayam bakar sebagai hasil olahan ketela pohon
Penyuluh Pertanian Desa Demuk beserta anggota poktan sedang menikmati kripik hasil praktek
Ibu-ibu sedang berpose bersama sambil menikmati kripik hasil olahannya
alamat d desa apa?
BalasHapus