Selamat Datang di Situs Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Pucanglaban Kabupaten Tulungagung Provinsi Jawa Timur, Email : bpp.pucanglaban@gmail.com, website : http://bpppucanglaban.blogspot.com - Terimakasih Atas Kunjungan Anda

Selalu Peduli Demi Kesejahteraan Masyarakat Tani

Rabu, 30 Mei 2012

Spekulasi Tanam, Solusi "Nyaman" di Lahan Gersang

Tampak di kejauhan terhampar tanah luas bergelombang pecah-pecah sebagai saksi bisu kekeringan yang berkesinambungan. Saat itu sang surya telah hampir berada tepat di atas ubun-ubun, sungguh panas sekali rasanya. Ketika mata menyusuri sudut jalan beraspal di ujung sana, tampak terlihat seperti ada air yang membanjiri jalan itu, mengalir lembut. Di setiap jengkal jalan yang dilewati tampak pula kepulan-kepulan lembut asap yang keluar dari pori-pori aspal. Memang benar, betapa panasnya saat itu…

Di tengah panasnya mentari, silih berganti orang-orang lalu lalang menuju ke tempat teduhnya masing-masing, memang waktunya melepas rasa penat yang sejak tadi pagi menggelayut di setiap otot mereka. Ada yang menenteng sabit sambil memikul cangkul di bagian pundaknya. Ada yang memanggul seonggok jerami atau hijau-hijauan daun, sebagai pasokan pakan ternak mereka di esok pagi. Ada pula yang hanya memakai caping sebagai tutup kepalanya, simbol masyarakat desa, tanpa membawa peralatan tani apa pun. Hanya sekedar menengok keadaan lahannya. Begitu bersemangatnya mereka!

Mereka melakukan rutinitas demikian karena memang hanya itu yang bisa dilakukan, sebuah opsi yang membingungkan, namun tak ada paksaan. Sepetak lahan tadah hujan, sekedar secuil harapan daripada berpangku tangan. Tak ada hujan yang datang, begitu kering kerontang. Ketika tiba masa pancaroba sebagai transisi musim hujan ke musim kemarau, biasanya dimulai pada bulan April (lebih kurang berakhir pada bulan September) selalu terjadi kekeringan.

Petani bercaping tadi, yang tak lain adalah Bu Sopiatun Ketua Kelompok Tani Perempuan Puji Luhur, beserta rekan petani lainnya terlihat jelas raut muka yang muram. Memang tak kehilangan harapan meski pun hati mereka sebenarnya diliputi kekhawatiran akan masa panen berikutnya. Tanaman mereka yang telah ditancapkan di tanah, tidak tahu lagi apakah bisa menopang kebutuhan di saat anak-anak mereka silih berganti bergelayutan di tangan merengek-rengek dan menangis kelaparan. Kenapa? Puso mereka menyebutnya demikian, tahu artinya? Gagal panen… bila hujan tak kunjung datang…

Daun tanaman padi bergoyang ke sana ke mari tertiup angin sepoi-sepoi. Pantas saja bergoyang karena daunnya telah mulai ringan mengering. Terlihat di petak lahan yang tidak jauh dari tanaman padi, berjajar tanaman jagung yang baru berumur sekitar satu bulan. Beberapa tanaman daunnya memudar memutih. Pantas saja memutih karena terkena serangan bulai, penyakit tanaman berupa jamur. Tanaman jagung yang hampir muncul tongkolnya juga sudah mulai terlihat tidak segar seperti sebelumnya. Mau ditunjukkan keadaan tanaman lainnya lagi? Dirasa tidak perlu karena nasibnya tidak jauh beda dengan ke dua jenis tanaman tadi.

Nyamankah engkau wahai petani? Sepantasnya tanya kepada siapa lagi? Pada rumput yang bergoyang kah? Kekeringan dan kemiskinan di Kecamatan Pucanglaban Kabupaten Tulungagung, seolah telah melekat erat bagai dua sisi sekeping mata uang. Dari musim ke musim tiada kenal masa. Memang, secara hakikat hanya Tuhan lah yang paling prerogative dalam menyelesaikan solusi tersebut. Namun, bukan berarti demikian cara mensikapinya. Stakeholder lah yang harus dan wajib untuk segera campur tangan dalam mengangkat permasalahan tersebut ke permukaan untuk dicarikan solusi secara efektif, efisien, cepat, tepat, akurat dan bermanfaat… BRAVO PARA PEMIHAK RAKYAT…!!!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar