Selamat Datang di Situs Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Pucanglaban Kabupaten Tulungagung Provinsi Jawa Timur, Email : bpp.pucanglaban@gmail.com, website : http://bpppucanglaban.blogspot.com - Terimakasih Atas Kunjungan Anda

Selalu Peduli Demi Kesejahteraan Masyarakat Tani

Rabu, 28 Maret 2012

Kripik Singkong Aneka Rasa


Pendahuluan
Ketela pohon (singkong/ ubi kayu; telo kaspe/ pohong - Jw) merupakan komoditi pertanian yang banyak mengandung karbohidrat sehingga komoditi tersebut dapat diklasifikasikan sebagai komoditi pangan. Tanaman tersebut banyak tumbuh berkembang hampir di seluruh pelosok tanah air yang mana hampir di setiap tempat bisa ditemukan keberadaan tanaman yang dimaksud, termasuk di Kecamatan Pucanglaban Kabupaten Tulungagung. Tapi sungguh sangat disayangkan bila hasil dari budidayanya hanya untuk dikonsumsi sendiri karena hal itu telah lama menjadi kebiasaan masyarakat setempat, dan mengingat betapa cukup luas areal yang telah ditanami dari musim ke musim. Namun, jika dijual justru penuh dilematis karena harganya sudah dikategorikan sangat rendah meski pun hanya sekedar untuk dinikmati sebagai hasil panenan.

Berbicara mengenai pangan, ketela pohon adalah salah satu komoditi pangan yang dapat diolah menjadi berbagai macam penganan, salah satunya adalah kripik. Supaya lebih mempunyai cita rasa dan nilai jual tinggi maka kripik tersebut bisa dicampur dengan aneka rasa yang menggoda yaitu rasa ayam bakar, jagung bakar, keju, balado, durian, dan lain sebagainya. Untuk mendapatkan rasa-rasa tersebut maka dapat dibeli di toko-toko penjual bahan-bahan aneka makanan (biasanya bahan-bahan roti).

Manfaat yang dapat diambil dari hasil tersebut adalah mampu dijadikan obyek bisnis bagi kalangan ibu-ibu karena harga jualnya sangat menjanjikan. Selain itu bisa disajikan dalam keadaan santai di saat keluarga sedang berkumpul bersama. Bisa juga dihidangkan pada saat hari-hari besar, contohnya ‘Idul Fitri, dan lain-lain.     

Tujuan
-   Meningkatkan pengetahuan petani/ masyarakat tani supaya mampu menentukan sikap untuk memanfaatkan peluang sumberdaya alam sesuai spesifik lokasi
-    Meningkatkan keterampilan petani/ masyarakat tani dengan metode learning by doing (belajar sambil melakukan) yaitu melalui cara praktek langsung membuat olahan ketela pohon menjadi kripik dengan aneka rasa sesuai materi yang telah disuluhkan
-    Ditinjau dari sudut pandang sosial; maka mampu menambah ke-solid-an kelompok dan dalam rangka peningkatan kepercayaan diri personil dalam berinteraksi serta bersosialisasi dengan lingkungan 
-   Ditinjau dari sudut pandang ekonomi; dengan praktek sendiri yang memanfaatkan bahan-bahan disekitarnya (sumberdaya alam) yang cukup murah sesuai spesifik lokasi maka akan mampu meningkatkan pendapatan rumah tangga karena akan mendapatkan keuntungan yang lebih dari pengolahan bahan baku tersebut.

Sekilas Mengenai Efisiensi Bahan Baku
Menanggapi permasalahan yang telah disinggung di atas, terdapat satu solusi jitu yang menjanjikan sebagai wujud pemecahan masalah klasik yang selama ini terjadi, yaitu masyarakat Kecamatan Pucanglaban diharapkan tetap membudidayakan ketela pohon dengan metode budidaya yang lebih professional. Dengan kata lain tidak dibudidayakan ala kadarnya seperti biasanya karena dianggap sebagai tanaman selingan. Namun benar-benar dibudidayakan dengan sarat akan teknologi/ menggunakan ilmu atau segala informasi pertanian dari stakeholders dalam pengaplikasiannya, dengan tujuan hasil panenan bisa diolah menjadi wujud lain berupa kripik aneka rasa sehingga nilai jualnya bisa lebih tinggi bila dibandingkan dengan nilai jual tanpa diolah. Dengan demikian bahan baku pengolahan kripik bisa didapatkan dengan relative murah karena produksi sendiri tanpa campur tangan dengan pihak lain. Tentunya hal tersebut akan berimbas positif terhadap kalkulasi biaya dan keuntungan dalam suatu bisnis.

Faktor Penunjang Agribisnis Kripik Ketela Pohon dengan Aneka Rasa

Faktor Teknis
-   Keterampilan dalam mengolah (memproses) bahan baku berupa ketela pohon menjadi kripik telah dimiliki oleh perempuan/ ibu rumah tangga
-    Bahan baku dalam pembuatan kripik melimpah
-   Usaha agribisnis kripik dengan aneka rasa diprediksi/ berpeluang positif mampu menunjang aktivitas positif di sekitarnya, baik yang menyangkut aspek social maupun ekonomi masyarakat

Faktor Sosial
-     Usaha agribisnis kripik tidak bertentangan dengan norma masyarakat setempat
-     Usaha agribisnis kripik mampu meningkatkan peran serta anggota rumah tangga perempuan/ ibu rumah tangga maupun masyarakat dalam hal pengetahuan, sikap serta keterampilannya
-     Usaha agribisnis kripik diprediksi positif mampu memberikan lapangan kerja bagi masyarakat setempat pada masa yang akan datang, sehingga pengangguran diharapkan akan semakin berkuran

Analisis Usaha (Kalkulasi Semi Bisnis [Non Subsisten])
Biaya Pengeluaran
a.      Biaya Penyusutan Alat Pengolahan Kripik Aneka Rasa
Nama Barang
Jumlah
(buah)
Harga
(Rp)
Lama Pemakaian (tahun)
Biaya Penyusutan
(Rp)
Pisau pemotong/ pengupas
  5
50.000,-
2.00
2.100,-
Ember plastic/ timba
  3
51.000,-
1.00
4.250,-
Alat perajang
  1
50.000,-
1.00
4.200,-
Penggorengan (wajan)
  1
200.000,-
3.00
5.600,-
Sotil besar
02
30.000,-
3.00
850,-
Penyaring
  3
60.000,-
3.00
1.700,-
Tampah/ nampan besar
  3
60.000,-
3.00
1.700,-
Toples besar
  3
120.000,-
2.00
5.000,-
Sealer plastic (ukuran 20cm)
  1
130.000,-
2.00
5.450,-
Timbangan
  1
75.000,-
2.00
3.150,-
Kranjang besar
  1
100.000,-
2.00
4.200,-
Kompor
  1
300.000,-
3.00
8.350,-
Tabung gas (3 kg)
  1
70.000,-
3.00
1.950,-
Total penyusutan alat



46.550,-

b.      Biaya Proses Produksi
Untuk produksi selama satu bulan dengan asumsi setiap hari tetap berproduksi sebanyak minimal 1 kg ketela pohon/ hari. Dari jumlah bahan tersebut akan dihasilkan kripik 0,6 kg/ hari. Dalam hitungan satu bulan, kebutuhan bahan pembuatan kripik hanya membutuhkan ketela pohon dengan kalkulasi harga 30 kg ketela pohon (@ Rp. 800,-), sehingga biaya yang dibutuhkan adalah Rp. 24.000,-.

c.       Biaya Lain-lain
1.
Minyak goreng 30 kg/ ltr (@Rp. 11.000,-)
Rp.
330.000,-
2.
Bumbu rasa 1 kg
Rp.
36.000,-
3.
Lain-lain (plastic, label kemasan, pemasaran, gas, koran)
Rp.
1.500,-




Total biaya lain-lain
Rp.
367.500,-

Total Biaya Produksi sebagai berikut :
Rp. 46.550,- + Rp. 24.000,- + Rp. 367.500,- = Rp. 438.050,-


Penetapan Harga Jual
Kripik merupakan penganan ringan yang konsumen/ penikmatnya tidak tertuju pada kalangan tertentu. Tidak memandang tingkatan umur, status masyarakat, jenis kelamin, dan lain sebagainya; banyak yang menyukai camilan tersebut. Oleh karenanya, harga yang ditetapkan sama dan tidak tergantung pada siapa konsumen yang membeli. Dalam hal ini harga jualnya adalah Rp. 30.000,-/ kg.

Pendapatan dan Keuntungan
Seperti telah disinggung di atas bahwa kripik yang dihasilkan adalah 0,6 kg/ hari. Dengan demikian total dalam satu bulan adalah 18 kg. Total pendapatan/ bulan 18 kg x Rp. 30.000,- = Rp. 540.000,-. Keuntungan atau laba yang diperoleh/ bulan adalah Rp. 540.000,- - Rp. 438.050,- = Rp. 101.950,-. Jika dihitung/ hari maka keuntungannya adalah Rp. 3.398,-. Hasil nominal tersebut bila dihitung secara semi bisnis. Namun jika dihitung secara subsisten maka hasilnya bisa dipastikan akan lebih besar keuntungannya.

Diagram Alur Proses Pengolahan Kripik Ketela Pohon Aneka Ras
 
KETELA POHON
 -  Dikupas sampai kulit “ayam”nya
 -  Dicuci bersih dan ditiriskan
 -  Dipasrah langsung di atas penggorengan
 -  Digoreng sampai dirasa cukup

selanjutnya menjadi

KRIPIK
 - Diangkat dan ditiriskan di atas nampan yang telah dilapisi kertas koran di atasnya
 - Dimasukkan ke dalam toples besar sebagai tempat sementara
 - Ditaburi aneka rasa secukupnya sesuai selera (rasa keju, balado, ayam bakar, dll) 
 - Diaduk secara merata
 - Dibungkus menggunakan sealer disertai dengan kemasan yang telah diberi label 

selanjutnya menjadi
KRIPIK KETELA POHON DENGAN ANEKA RASA


Konklusi
Sampai detik ini, kemiskinan semakin merajalela. Rencana kenaikan harga BBM yang dapat dipastikan tidak lama lagi akan direalisasikan tentunya menambah kepenatan social ekonomi masyarakat secara luas. Tidak dapat dipungkiri lagi, kaum dhuafa yang paling dijadikan korban. Termasuk mereka yang tinggal di pedesaan. Namun tetap saja masih menjadi suatu ironi klasik bila menyangkut pedesaan karena mereka yang banyak menggantungkan kebutuhan sehari-hari dari lingkungan di sekitar tempat tinggalnya justru belum mampu memanfaatkannya secara optimal. Masih banyak potensi sumberdaya alam spesifik lokasi yang “terbengkalai”. Di jaman komputerisasi seperti sekarang ini, tidak sedikit masyarakat tani yang masih terkungkung dalam tempurung ketidaktahuan akan terobosan-terobosan terkait kuliner. Padahal berbicara mengenai kuliner, pada hakikatnya justru seharusnya mereka yang paling handal dibidangnya karena bagi para perempuan desa sungguh menjadi suatu aib manakala mereka belum atau tidak bisa memasak pada akil baligh. Dengan demikian masak-memasak sebenarnya telah menjadi rutinitas lama yang kerap dilakukan.

Perempuan, objek vital yang sampai saat ini masih hangat dibicarakan sejumlah kalangan mengenai gender dan emansipasi. Desa, menjadi salah satu tolok ukur kemajuan dan perkembangan pembangunan di negeri ini. Perempuan Desa, adalah senjata ampuh dalam menyumbang kemajuan perekonomian nasional. Keberhasilan perekonomian nasional tentunya tidak bisa lepas begitu saja dari kekuatan perekonomian mikro masing-masing rumah tangga, termasuk rumah tangga pedesaan. Dengan demikian bilamana perekonomian rumah tangga desa kuat diharapkan akan berpengaruh positif terhadap suksesnya pembangunan perekonomian nasional Indonesia.

Dengan ulasan di atas, maka sangat arif bijaksana bila aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dari wanita tani sangat diperhatikan dan ditingkatkan. Melalui diklat dan penyuluhan maupun dengan metode yang lain diharapkan mereka bisa peka terhadap lingkungan sekitar dan mampu berinisiatif dalam pengelolaan sumberdaya alam spesifik lokasi yang sarat dengan manfaat. Pada akhirnya segala upaya sebagai hasil positif dari peningkatan kualitas dirinya diharapkan mampu menambah peningkatan pendapatan rumah tangganya, di masa sekarang maupun akan datang dalam jangka waktu yang panjang.

 
DOKUMENTASI

KELOMPOK TANI (POKTAN) SUKA MAJU



Rutinitas Poktan Suka Maju pada pertemuan rutin bulanan

Pengupasan ketela pohon sebagai langkah awal proses pengolahan menjadi kripik


Bu Kholifah sedang memasah ketela pohon di atas penggorengan





Contoh kripik rasa ayam bakar sebagai hasil olahan ketela pohon



Penyuluh Pertanian Desa Demuk beserta anggota poktan sedang menikmati kripik hasil praktek




Ibu-ibu sedang berpose bersama sambil menikmati kripik hasil olahannya

1 komentar: