Selamat Datang di Situs Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Pucanglaban Kabupaten Tulungagung Provinsi Jawa Timur, Email : bpp.pucanglaban@gmail.com, website : http://bpppucanglaban.blogspot.com - Terimakasih Atas Kunjungan Anda

Selalu Peduli Demi Kesejahteraan Masyarakat Tani

Rabu, 18 April 2012

Teknologi Pembuatan Pupuk Organik (bokashi)


Pendahuluan

Dalam pengertian sehari-hari pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah, sedangkan pemupukan adalah penambahan bahan tersebut ke tanah agar tanah menjadi lebih subur. Dengan demikian pemupukan pada umumnya diartikan sebagai penambahan zat hara tanaman ke dalam tanah. Dalam arti luas, pemupukan sebenarnya juga termasuk penambahan bahan-bahan lain yang dapat memperbaiki sifat-sifat tanah misalnya pemberian pasir pada tanah liat, penambahan tanah mineral pada tanah organic, pengapuran dan sebagainya. Petani/ masyarakat tani, sebagai pelaku usaha pertanian merupakan subyek vital yang menentukan berhasil atau tidaknya atas tanaman yang dibudidayakan. Oleh karena itu mereka wajib mengetahui dengan baik mengenai pemupukan dan sekaligus mampu mengaplikasikannya secara kondisional maupun proporsional (antara pupuk anorganik dan organic) terhadap tanaman.
Dahulu pada era orde baru, awal mulanya petani begitu sulit menerima himbauan pemerintah untuk menggunakan pupuk anorganik (kimiawi). Namun begitu mengetahui betapa “instannya” pupuk anorganik tersebut mereka berbalik arah sehingga begitu sulit meninggalkan kebiasaan menggunakan pupuk pabrikan tersebut, bahkan sampai detik ini. Padahal imbas jangka panjangnya adalah dampak negative. Diantaranya yaitu tanah menjadi keras, beracun (pada tanah-tanah “ceblung”/ tanah cekung berair), porositas tanah rusak (drainase maupun aerasi), dan lain-lain. Oleh karena itu, sangat bijak jika mulai detik ini pula petani/ masyarakat tani dikembalikan pada pola pikir logis dalam hal pemupukan berimbang dengan memperhitungkan aspek ekologi tanah yang mencakup sifat biologi, fisika, serta kimia tanah. Untuk mencapai keterampilan secara optimal maka mereka sangat perlu mengetahui serta mempraktekkan secara langsung bagaimana cara membuat pupuk organic sebagai hasil fermentasi dari bahan-bahan alami yang ada di sekitarnya, menggunakan bantuan mikrobia sebagai bahan pengaktif (decomposer) atau biasa disebut stater, salah satunya adalah EM4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS 4).
    
Tujuan
-   Meningkatkan pengetahuan petani/ masyarakat tani supaya mampu menentukan sikap untuk mengaplikasikan pupuk anorganik maupun organic secara kondisional maupun proporsional
-   Meningkatkan keterampilan petani/ masyarakat tani dengan metode learning by doing (belajar sambil melakukan) yaitu melalui cara praktek langsung di lapangan membuat pupuk organic menggunakan decomposer sesuai materi yang telah disuluhkan
Ditinjau dari sudut pandang ekologi; dengan pengaplikasian pupuk organic maka akan mengembalikan kerusakan sifat biologi, fisika, serta kimia tanah
-   Ditinjau dari sudut pandang ekonomi; dengan praktek sendiri yang memanfaatkan bahan-bahan disekitarnya maka akan lebih murah dalam hal mendapatkan pupuk organic

Jenis-jenis Unsur Hara Esensial yang Terkandung dalam Pupuk Organik
Unsur hara esensial adalah unsur hara yang sangat diperlukan bagi tanaman. Dalam hal ini fungsinya tidak dapat digantikan oleh unsur lain sehingga bila tidak terdapat dalam jumlah yang cukup di dalam tanah, maka tanaman tidak dapat tumbuh dengan normal. Unsur-unsur hara esensial ini dapat berasal dari udara , air, dan tanah. Jumlah unsur-unsur hara esensial ada 17, yaitu :
Unsur makro (diperlukan tanaman dalam jumlah banyak) : C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, S
Unsur mikro (diperlukan tanaman dalam jumlah sangat sedikit) : Fe, Mn, B, Mo, Cu, Zn, Cl, Co
Dari semua unsur-unsur tersebut hanya unsur C, H, dan O saja yang dapat diserap oleh tanaman melalui udara dan air. Dengan maksud unsur C dengan bentuk ion CO2 dan unsur O dengan bentuk ion O2 atau  CO2, yang keduanya diserap melalui daun. Sedangkan unsur H dengan bentuk ion H+ atau H2O didapatkan tanaman yang H nya dari air. Untuk unsur lainnya diserap dari tanah oleh tanaman.
Dosis, Cara, dan Waktu Pengaplikasian Pupuk Organik
Bokashi dapat disebar merata di atas permukaan tanah dengan dosis 3-4 genggam /meter persegi. Pada tanah yang kurang subur dapat diberikan lebih banyak. Bahkan pada tanah yang cukup rusak yang biasanya diketahui dengan adanya porositas tanah jelek maka pada awal pengembalian kondisi tanah, bokashi dapat diaplikasikan sejumlah 5 ton/ Ha.
Untuk mencampurkan bokashi, dapat dilakukan dengan cara tanah dicangkul atau dibajak. Pada tanah sawah pemberian bokashi dilakukan pada saat pembajakan. Sebagai kesempurnaannya maka bokashi tersebut dapat diberikan lagi setelah tanaman berumur 14 hari dan 1 bulan. Pada prinsipnya aplikasinya bisa dilakukan pada saat tanam, untuk olah tanah minimum, sebagai penutup lubang setelah tanam. Untuk lahan kering, aplikasi pupuk organik pada lubang sebelum tanam.
Setelah bokashi disebar, baru kemudian dapat disemprotkan 2 cc EM4/ Liter air ke dalam tanah. Satu minggu kemudian bibit siap ditanam. Untuk tanaman buah-buahan, bokashi disebar merata di permukaan tanah/perakaran tanaman. Penyiraman dengan EM4 (2 cc EM4/ Liter) dilakukan tiap 2 minggu sekali.
Cara Membuat Pupuk Organik Menggunakan Stater (Dekomposer) EM4 (Dikutip dari Materi Pelatihan Pembuatan dan Pemanfaatan
EM4 adalah suatu kultur campuran jasad renik/ mikroorganisme dari bakteri fotosintesis yaitu Lactobacillus sp, Streptomyces sp dan ragi. Apabila kultur campuran tersebut diaplikasikan dalam tanah maka dampak positif yang terjadi adalah mampu meningkatkan keragaman serta populasi mikroorganisme yang menguntungkan bagi perkembangan maupun pertumbuhan serta produksi tanaman.
Alat dan bahan pembuatan pupuk bokashi :
1.      Alat : timba, gayung, gembor, cangkul, plastic/ terpal, karung goni, parang, thermometer
2.      Bahan :
·         Bahan dasar


Ø  pupuk kandang sudah jadi
:
400 kg
Ø  Jerami/ hijauan
:
400 kg
Ø  Sekam/ arang sekam
:
100 kg
Ø  Bekatul
:
  40 kg
·         Bahan tambahan


Ø  NPK/ urea
:
    5 kg
Ø  Batuan (dolomit, fiolit, posphat)
:
  40 kg
Ø  EM4
:
    1 liter
Ø  Tetes tebu/ gula merah
:
    2 liter
Ø  Air sumur
:
secukupnya
 (ditulis kembali dari Materi Pelatihan Pembuatan dan Pemanfaatan Pupuk Organik. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Tulungagung, 2008)
  
Manakala alat dan bahan sudah tersedia semua maka bahan telah siap diproses menjadi bokashi. Perlu diingat bahwa bahan maupun alat tersebut tidak harus ada semua dalam pemrosesannya, artinya dalam praktek bisa menggunakan hanya beberapa bahan atau peralatan seadanya saja (kondisional). Misalnya bahan yang ada hanya pupuk kandang saja maka hal itu masih juga dapat dilakukan pemrosesan.
Mengenai cara pembuatan bokashi dapat disimak seperti keterangan di bawah ini.
1. Pengaktifan bakteri, yaitu untuk mencapai hasil yang optimal maka pengaktifan dimaksud dengan cara mencampurkan 1 liter EM4 dan 2 liter tetes tebu ke dalam 2 timba air sumur, kemudian campuran tersebut dimasukkan ke dalam wadah tertutup selama antara 5 – 12 jam.
2. Pada tempat teduh (terlindung dari sinar matahari maupun air hujan) yang telah disiapkan di bawahnya diberi plastic/ terpal.
3. Jerami dan hijauan lainnya dipotong-potong dengan ukuran panjang ± 5 cm (atau lebih lembut lebih baik) menggunakan parang
4. Hasil dari no.3 dicampur dengan kotoran ternak (pupuk kandang), bekatul, sekam, kemudian diaduk sampai benar-benar merata.
5. Siramkan campuran larutan EM4 yang sudah difermentasikan pada adonan dengan memakai gembor. Aduk sampai benar-benar merata. Perlu dicek bahwa kondisi adonan setelah disiram tidak boleh terlalu kering dan tidak terlalu basah. Hal tersebut ditandai dengan cara bila adonan dikepal dengan tangan dan dijatuhkan maka akan megar.
6. Bentuk adonan menyerupai guludan dengan tinggi maksimal 40 cm, sedangkan panjang maupun lebarnya menyesuaikan dengan tempatnya. Baru kemudian tutup rapat dengan menggunakan karung goni yang telah disiapkan.
7. Periksa suhu adonan menggunakan thermometer setiap 5 jam sekali. Bila tidak ada thermometer maka bisa digunakan telunjuk jari tangan untuk mengetahui kondisi kehangatan dari adonan. Ketepatan prediksi kehangatan tersebut bisa diperoleh manakala jari tangan seperti ketika dimasukkan dalam dubur ayam betina ketika hendak/ siap bertelur.
8. Manakala kondisi adonan terlalu panas, maka segera buka karung penutup kemudian adonan langsung dibolak-balik agar mendapatkan udara segar/ diangin-anginkan. Bila dirasa telah cukup maka goni penutup bisa diposisikan seperti sedia kala. Perlu diketahui bahwa adonan yang terlalu panas bisa mengakibatkan bakteri mati sehingga proses fermentasi akan mengalami kegagalan.
9. Namun bila kondisi adonan justru tidak terasa panas, maka segera sirami dengan air (tanpa EM4) sedikit demi sedikit sehingga kondisi adonan seperti sedia kala. Setelah itu baru tutup kembali adonan dengan karung goni.
10. Lakukan kegiatan no.1 – 9 antara 5 – 7 hari secara rutin. Untuk perlakuan yang benar dan hasil yang sangat baik, maka bokashi dalam waktu 7 hari sudah siap untuk diaplikasikan. Namun pada kenyataannya tidak jarang proses fermentasinya baru mencapai finish ketika setelah dimulainya proses fermentasi telah mencapai 21 – 28 hari.

Karakteristik EM4
-  EM4 dapat disimpan pada tempat yang teduh dalam wadah tertentu serta harus ditutup rapat untuk jangka waktu 12 bulan (dilarang disimpan di lemari es)
-   EM4 dapat bekerja secara efisien tanpa zat kimia
-   ­EM4 dapat diperoleh di kios-kios pertanian/ toko
-   EM4 jangan sekali-kali dicampur dengan bahan kimia lainnya dalam pengaplikasiannya
    (ditulis kembali dari Materi Pelatihan Pembuatan dan Pemanfaatan Pupuk Organik. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Tulungagung, 2008)

Konklusi
Tingginya harga pupuk kimia buatan dan kelangkaan pupuk di sejumlah wilayah saat ini sangat meresahkan para petani. Mereka benar-benar hampir tidak mempunyai solusi manakala pupuk anorganik tersebut datang terlambat atau “kosong”. Namun lambat laun terdapat terobosan teknologi tepat guna sebagai salah satu solusi yang mampu mengatasi kebimbangan para petani/ masyarakat tani yaitu dengan menggunakan pupuk organic. Salah satu jenis pupuk yang dapat menggantikan kehadiran pupuk kimia buatan adalah bokashi. 
Di Jepang, sebagai Negara jaya yang sarat bisnis besar dengan teknokrat-teknokrat otomotif dan elektronik, ternyata bokashi telah digunakan sejak tahun 80-an. Banyak petani di negeri sakura memilih bokashi untuk lahan pertaniannya dikarenakan bokashi dapat memperbaiki struktur tanah yang sebagian besar telah menjadi keras akibat penggunaan pupuk kimia terus-menerus. Selain itu bokashi juga terbukti meningkatkan kesuburan serta produktifitas tanaman meski efek ini baru dapat dirasakan setelah bertahun-tahun penggunaan. Hal tersebut sangat wajar karena pupuk alami semacam bokashi biasanya memang mengandung unsur hara dalam dosis kecil, namun lengkap unsur makro dan mikronya.

DOKUMENTASI
Peserta dari Poktan Puji Luhur sedang menyiramkan air + bakteri pada bahan

 PPL Ds. Demuk Kec. Pucanglaban sedang berpose bersama peserta setelah selesai praktek pembuatan pupuk organik

PPL Ds. Demuk Kec. Pucanglaban menjelaskan teknis proses pembuatan pupuk organik pada poktan Ngudi Joyo

PPL Ds. Demuk Kec. Pucanglaban menjelaskan kepada peserta 
mengenai kandungan unsur hara mikro maupun makro yang terdapat pada pupuk organik

Sisa batang tanaman padi, salah satu bahan dalam proses pembuatan pupuk organik

Kondisi begitu panas menyengat, jangan lupa tetap semangat ya peserta dan PPL...




1 komentar:

  1. Saya membuat larutan.1/2 kg gula aren..air 2liter..em4 1/4 botol..pupuk kimia npk mutiara 1 genggam..dan pupuk jimmy hantu npk 3 sendok makan.pertanyaanya apakah bisa bakteri di campur pupuk kimia...???

    BalasHapus