Selamat Datang di Situs Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Pucanglaban Kabupaten Tulungagung Provinsi Jawa Timur, Email : bpp.pucanglaban@gmail.com, website : http://bpppucanglaban.blogspot.com - Terimakasih Atas Kunjungan Anda

Selalu Peduli Demi Kesejahteraan Masyarakat Tani

Rabu, 25 April 2012

Proses Pembuatan Tiwul Instan

 
         PENDAHULUAN
Negara Indonesia adalah Negara sedang berkembang yang sampai saat ini masih tetap berusaha untuk selalu mencapai pembangunan nasional secara berkelanjutan. Dalam kaitannya pencapaian pembangunan nasional yang berkelanjutan tersebut maka langkah kongkrit yang harus dilakukan dahulu adalah dengan pencapaian tujuan pembangunan nasional itu sendiri, salah satunya yaitu dengan penanggulangan kemiskinan.
Wakil Presiden Bank Dunia, J. Kassum, untuk kawasan Asia Timur dan Pasifik telah mengumumkan bahwa (pada tahun 2001) lebih kurang tiga per lima (60%) penduduk Indonesia saat ini hidup di bawah garis kemiskinan, sementara 10-20% hidup dalam kemiskinan absolut (extreme poverty). Masih berkaitan dengan hal tersebut bahwa Negara Indonesia dengan tingkat penduduk terbanyak ke empat di dunia, komposisi terakhir adalah 40% penduduk berusia di bawah 40 tahun, lebih kurang 32% tinggal di kota (68% tinggal di desa), lebih dari 50% adalah penduduk perempuan, dengan rata-rata pertumbuhan penduduk keseluruhan 1,97% per tahun.
Perempuan adalah bagian dari anggota rumah tangga yang mempunyai kemampuan untuk berpartisipasi dalam lingkup produktif (public), meskipun ada anggapan dari masyarakat bahwa bahwa perempuan itu irrasional atau emosional yang mengakibatkan perempuan tidak bisa tampil memimpin sehingga berakibat munculnya sikap yang menempatkan perempuan pada posisi yang tidak penting. Namun pada kenyataannya mereka tidak selalu menggantungkan segala sesuatunya dari suami atau kaum laki-laki. Mereka mampu untuk terjun dan menekuni rutinitas pekerjaan lingkup public selayaknya kaum laki-laki, dengan memperoleh upah sebagai jerih payah dalam bekerja.
Sejarah menunjukkan bahwa perempuan dan kerja public sebenarnya bukan hal baru bagi perempuan Indonesia terutama mereka yang berada pada strata menengah ke bawah. Di pedesaan, perempuan pada strata ini mendominasi sector pertanian, sementara di perkotaan sector industri tertentu didominasi oleh perempuan. Di luar konteks desa-kota, sector perdagangan juga banyak melibatkan perempuan. Data sensus penduduk tahun 1990 menunjukkan bahwa sector pertanian adalah sector yang terbesar dalam menyerap tenaga kerja (peranan) perempuan yaitu 49,2%; diikuti oleh sector perdagangan 20,6%; dan sector industri manufaktur 14,2% (dikutip dari Swara Rahima, 2005). Seperti kita amati bersama dan tidak pula dapat dipungkiri bahwa tidak menutup kemungkinan (bahkan begitu nyata), pada tahun-tahun sekarang ini perempuan pada nilai/ tingkat persentase yang begitu tinggi tetap pada kondisinya dalam menempati level peranan dalam berbagai bidang tersebut.
Menanggapi realitas di atas maka pemberdayaan terhadap perempuan adalah keputusan maupun solusi yang sangat penting dan tepat untuk diwujudkan. Salah satu bentuk pemberdayaan yang dilakukan yaitu pencanangan kegiatan agribisnis. Alasan pengalokasian pemberdayaan perempuan dalam kegiatan agribisnis, karena agribisnis merupakan wawasan yang berpotensi besar dalam strategi pencapaian pembangunan pertanian yang berkelanjutan, dan kaum perempuan sebagai penduduk mayoritas di negara ini merupakan penentu dari keberhasilan pencapaian pembangunan pertanian tersebut.

KORELASI POSITIF ANTARA PEREMPUAN DENGAN BISNIS PANGAN
Ibu rumah tangga merupakan manajer yang handal dalam penerapan kehidupan di masyarakat. Manajemen alamiah mereka dalam rumah tangga muncul seiring berjalannya waktu, dengan pengalaman yang tidak perlu diragukan lagi. Disadari atau tidak, sebelumnya mereka secara langsung mampu dan telah terbiasa dalam penerapan aktivitas yang sekarang ini gencar disosialisasikan oleh pemerintah yang disebut sebagai diversifikasi pangan.
Kaitan antara diversifikasi pangan dengan bisnis pangan; diakui atau tidak, perempuan/ ibu rumah tangga (dalam  hal ini di daerah pedesaan) adalah sosok figure yang perlu diperhatikan dan diteladani. Hal itu karena mereka telah mampu mengetahui; mengenal; bahkan sudah seringkali melakukan aktivitas usaha yang mampu mengangkat martabat perempuan melalui proses pemberdayaan social ekonomi. Wujud proses tersebut yang dinamakan sebagai proses pengolahan hasil pertanian spesifikasi potensi wilayah yaitu ketela pohon/ ubi kayu/ singkong (pohong - Jw.). Singkatnya, aktivitas usaha yang dimaksud adalah perlakuan pasca panen ubi kayu untuk diolah menjadi makanan yang dinamakan tiwul. Menggunakan teknologi sederhana tepat guna dengan diimbangi tingkat sumberdaya manusia yang sarat dengan keterampilan dan pengalaman, maka tiwul tersebut dikemas menjadi makanan siap saji (instan). Oleh karenanya disebut sebagai tiwul instan

POTENSI DAN FAKTOR PENUNJANG USAHA TIWUL INSTAN
Potensi Usaha Tiwul Instan
Masyarakat di daerah setempat sebagian besar masih gemar mengkonsumsi tiwul dalam kesehariannya, namun demikian ternyata sampai dengan detik ini tiwul ternyata telah booming menjadi makanan pokok selingan orang-orang di daerah perkotaan
-   Adanya canangan penerapan diversifikasi pangan dari program pemerintah dalam Perpres No. 22 tahun 2009 tentang Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) sesuai sumberdaya lokal
-   Banyaknya tersedia bahan baku tiwul berupa ketela pohon yang melimpah di daerah pedesaan

Faktor Penunjang Usaha Tiwul Instan
Faktor Teknis
-   Keterampilan dalam mengolah (memproses) bahan baku berupa ketela pohon menjadi tiwul instan telah dimiliki oleh perempuan/ ibu rumah tangga
-    Bahan baku dalam pembuatan tiwul instan melimpah
Usaha industri tiwul instan mampu menunjang aktivitas positif di sekitarnya, baik yang menyangkut aspek social maupun ekonomi masyarakat

Faktor Ekonomi
Pola usaha industri tiwul instan terjadi secara terus menerus (berkesinambungan) tanpa tergantung pada musim
-   Sudah ada pasar tetap dalam penjualan produk tersebut, dalam hal ini misalnya melalui warung, toko, dan lain-lain, baik local maupun cakupan pemasaran yang lebih luas
-   Keuntungan usaha yang diperoleh mampu sebagai pemupukan modal untuk usaha berikutnya maupun dalam menunjang perekonomian rumah tangga masing-masing perempuan/ ibu rumah tangga

Faktor Sosial
Usaha industri rumah tangga tiwul instan tidak bertentangan dengan norma masyarakat setempat
-   Usaha industri rumah tangga tiwul instan mampu meningkatkan peran serta anggota rumah tangga perempuan/ ibu rumah tangga maupun masyarakat dalam hal pengetahuan, sikap serta keterampilannya
Usaha industri rumah tangga tiwul instan diprediksi positif mampu memberikan lapangan kerja bagi masyarakat setempat pada masa yang akan datang, sehingga pengangguran diharapkan akan semakin berkurang

ANALISIS USAHA
Biaya Pengeluaran
a.      Biaya Penyusutan Alat Pembuatan Tiwul Instan
Nama Barang
Jumlah
(buah)
Harga
(Rp)
Lama Pemakaian (tahun)
Biaya Penyusutan
(Rp)
Sealer plastic (ukuran 20cm)
  1
130.000,-
2.00
5.450,-
Pisau pemotong (slicer)
  1
50.000,-
2.00
2.100,-
Telenan besar
  1
10.000,-
1.00
850,-
Glangsi
10
20.000,-
0.25
6.700,-
Baskom besar
  3
108.000,-
1.00
9.000,-
Alat penepung/ penggiling
  1
8.000.000,-
5.00
134.000,-
Tampah
  5
90.000,-
1.00
7.500,-
Gayung plastic
  1
5.000,-
1.00
450,-
Ember plastic/ timba
  1
10.000,-
1.00
850,-
Dandang besar
  1
150.000,-
1.00
12.500,-
Irus kayu
  1
5.000,-
1.00
450,-

Total penyusutan alat



179.850,-

b.      Biaya Proses Produksi
Untuk produksi selama satu bulan dengan asumsi setiap hari berproduksi sebanyak 13 kg gaplek. Dari jumlah bahan tersebut akan dihasilkan tiwul instan 10 kg. untuk satu bulan, kebutuhan bahan pembuatan tiwul instan hanya membutuhkan gaplek saja dengan kalkulasi harga 390 kg gaplek (@ Rp. 2.700,-), sehingga biaya yang dibutuhkan adalah Rp. 1.053.000,-

c.       Biaya Lain-lain
1.
Kayu bakar 20 tali (@ Rp. 20.000,-)
Rp.
400.000,-
2.
Lain-lain (plastik, kertas packing, biaya pemasaran)
Rp.
200.000,-

Total biaya lain-lain
Rp.
600.000,-

Total Biaya Produksi sebagai berikut :
Rp. 179.850,- + Rp. 1.053.000,- + Rp. 600.000,- = Rp. 1.832.850,-

Penetapan Harga Jual
Harga jual tiwul instan sementara ini masih sama nilai jualnya dengan harga yang sudah ada/ sudah pernah dilakukan, tanpa memperhatikan harga jual yang telah beredar di pasaran maupun segmen konsumen yang dibidik. Dalam hal ini harga jualnya adalah Rp. 6.500/ kg.

Pendapatan dan Keuntungan
Tiwul instan yang dihasilkan/ hari adalah 10 kg, sehingga total dalam satu bulan dihasilkan 300 kg. Total pendapatan/ bulan 300 kg x Rp. 6.500,- = Rp. 1.950.000,-. Keuntungan atau laba yang diperoleh/ bulan adalah Rp. 1.950.000,- - Rp. 1.832.850,- = Rp. 117.150,-. Jika dihitung/ hari maka keuntungannya adalah Rp. 3.905,-.
Bilamana dalam satu bulan mampu menghasilkan tiwul instan sebanyak 1.000 kg (1 ton), maka kalkulasinya sebagai berikut : Total pendapatan/ bulan 1000 kg x Rp. 6.500,- = Rp. 6.500.000,-. Keuntungan yang diperoleh/ bulan adalah Rp. 6.500.000,- - [(biaya penyusutan; Rp. 179.850,-) + (biaya proses produksi Rp. 3.510.000,-) + (biaya lain-lain; Rp. 2.000.000,-)] = Rp. 810.150,-. Jika dihitung/ hari maka keuntungannya adalah Rp. 27.000,-.

KANDUNGAN GIZI TIWUL
SEBAGIAN masyarakat masih memandang sebelah mata terhadap tiwul. Makanan tradisional yang terbuat dari singkong itu dianggap bukan sebagai makanan bergengsi. Bahkan masih ada yang merasa malu untuk makan makanan itu. Mereka menganggap tiwul adalah makanan orang pinggiran dan tak bergizi.
Anggapan bernada miring tersebut kini semakin berkurang, setelah terbukti bahwa tiwul pun memiliki aneka kandungan gizi. Antara lain karbohidrat 71,8 persen; gula 13,7 persen; protein 2,4 persen; lemak 0,49 persen serta kadar air 8,7 persen, sehingga tiwul pun bisa menjadi makanan pengganti atau selingan makanan utama (sumber : Copyright© 1996-2004 SUARA MERDEKA, edisi Jum’at 16 Juni 2006)
Tiwul yang semula dianggap sebagai jenis makanan desa, kini mudah dijumpai di pusat-pusat perbelanjaan di kota besar di Jawa. Bahkan dijual dengan kemasan cukup menarik. Makanan tradisional itu pun telah disandingkan bersama dengan makanan lain di mal dan toko-toko makanan khas.

DIAGRAM ALUR PROSES PENGOLAHAN TIWUL INSTAN
 













TIWUL INSTAN, SALAH SATU PRODUK AGRIBISNIS DS. DEMUK KEC. PUCANGLABAN

PENUTUP
Melalui makalah ini maka dapat kami ambil beberapa intisari tulisan, yaitu :
-    Sesuai dengan potensi daerah pedesaan, maka usaha industri tiwul instan merupakan aktivitas ekonomi yang menguntungkan karena mampu memberikan kontribusi pendapatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat tani
-   Dengan adanya peranan positif yang nyata dari masyarakat tani beserta keluarganya dalam pelaksanaan usaha industri tiwul instan maka hal tersebut mampu meningkatkan kualitas sumberdaya manusia berupa pengetahuan, sikap, maupun keterampilan, yang tentunya hal tersebut juga berkaitan dengan pengurangan pengangguran di masyarakat
-    Usaha agribisnis (pengolahan bahan baku pertanian) merupakan usaha ekonomi kerakyatan di lingkup pedesaan, minimal sebagai upaya pembangunan perekonomian di tingkat rumah tangga desa


DOKUMENTASI

      PPL Ds. Demuk bersama Ibu Siti Muniroh (pengelola usaha tiwul instan) sedang mengamati anggotanya mbuyengi tepung gaplek  menjadi butiran tiwul instan

      Bapak Kyai Ma'mun Abdulloh (membawa microphone, sarung biru), Ulama sekaligus panutan desa, bersama para jama'ah menyambut Ibu Bupati Kabupaten Kampar Provinsi Riau

      Ibu Bupati Kabupaten Kampar Provinsi Riau bersama rombongan menuju lokasi kegiatan dalam rangka studi banding pengolahan pasca panen tanaman pangan berbasis agribisnis

      Seorang ibu dan nenek-nenek disertai penganan produk lokal selalu sabar menanti untuk menyambut Ibu Bupati beserta rombongan

      Dari kanan ke kiri : Bapak Kepala Desa Demuk, Kepala Koramil Kec. Pucanglaban, Kepala Polsek Kec. Pucanglaban, Kepala Kecamatan Pucanglaban, mantan Kepala BKPP Kabupaten Tulungagung


    Seluruh peserta kegiatan begitu khidmat mengikuti prosesi acara

      Ibu Bupati Kabupaten Kampar mencoba praktek mbuyengi tepung gaplek tetap semangat ya bu...

      Hmmmhm... nikmatnya makan tiwul dengan sayur pedas ikan tongkol. Dari kiri ke kanan : Ibu Atiyah (istri Wabup Kab. Tulungagung), Ibu Bupati Kab. Kampar, Ibu Siti Muniroh

      Sreeek... srrreekk... yang rata jemur butiran tiwulnya, biar cepat kering

      PPL Ds. Demuk bersama Ibu Siti Muniroh sedang berpose di depan marketing board beberapa macam olahan penganan sumberdaya lokal berbasis agribisnis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar